Jumat, 19 November 2010

The jackets, SEBUMI


SEBUMI jogja : Serikat Kebudayaan Masyarakat Indonesia wilayah Yogyakarta. Tempat pembuatan video klip adalah di Jl. Malioboro perempatan Kantor pos-BNI-Benteng-Gedung Agung.

Senin, 15 November 2010

Laksamana Malahayati, dan Bangsa Kita Sekarang

"......Beliau adalah seorang perempuan yang agung (grande dame), yang memimpin sebuah laskar pejuang yang berisi para perempuan dan kebanyakan adalah janda yang ditinggal wafat suami mereka dalam perjuangan melawan penjajah. Termasuk suaminya saat berperang melawan Portugis sewaktu akan menguasai selat Malaka. Laskar tersebut dinamai Laskar Inong Balee atau yang bermakna Laskar para Janda pahlawan. Beranggotakan 2000 orang prajurit perempuan.
 
Malahayati, nama aslinya adalah Keumala Hayati, hidup di masa Kerajaan (Kesultanan) Atjeh dipimpin oleh Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV yang memerintah antara tahun 1589-1604 M. Malahayati pada awalnya adalah dipercaya sebagai kepala pengawal dan protokol di dalam dan luar istana. Karir militernya menanjak setelah kesuksesannya “menghajar” kapal perang Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Cornelis de Houtman yang terkenal kejam. Bahkan Cornelis de Houtman tewas ditangan Malahayati pada pertempuran satu lawan satu di geladak kapal pada 11 September 1599. Akhirnya beliau diberi anugerah gelar Laksamana. Dan beliaulah Laksamana Perempuan Pertama Di Dunia. Beliau juga sukses menghalau Portugis dan Inggris masuk ke Aceh.
Selain itu, beliau juga mendirikan sebuah benteng yang dikenal dengan Benteng Inong Balee di Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Benteng tersebut menghadap ke barat, ke arah Selat Malaka. Benteng ini merupakan benteng pertahanan sekaligus sebagai asrama penampungan janda-janda yang suaminya gugur dalam pertempuran. Selain itu juga digunakan sebagai sarana pelatihan militer dan penempatan logistik keperluan perang.
Setelah wafat Malahayati dimakamkan tidak jauh dari Benteng Inong Balee, sekitar 3 Km dari benteng berada diatas bukit. Lokasi makam pada puncak bukit, merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap tokoh yang dimakamkan. Penempatan makam di puncak bukit kemungkinan dikaitkan dengan anggapan bahwa tempat yang tinggi itu suci......"

Tulisan ini saya copy-paste dari url=http://kaumbiasa.com/laksamana-malahayati.php


Saat menulis posting ini saya sedang mendengarkan lagu Iwan Fals berjudul Laksamana Malahayati. Saya hampir menangis dan rasanya bulu kuduk berdiri karena terharu. Sedih membayangkan Kejayaan masa lalu dengan ironisnya realita Negeri kita sekarang. Membayangkan bahwa sejak dulu bangsa ini telah mencetak orang-orang berprestasi dan handal. 

Apakah kita tercerabut dari sejarah?


Aduuhhh kawan semua. Alangkah kaya sejarah bangsa kita. Kita punya teladan yang mantap begitu. Lalu saya membayangkan mengapa negeri ini sekarang terpuruk begini. Apa kita lupa sama sejarah kita yang jaya?
Bangsa kita bukan bangsa budak, walaupun dulu berstatus kerajaan yang mewakili Etnis tertentu yang dominan, tapi saya yakin sekali bahwa dasar mental bangsa ini secara umum bukanlah bermental budak seperti sekarang. Secara terpisah masing-masing kerajaan dulu, memiliki Nasionalisme tinggi terhadap Negeri. Seharusnya sikap/sifat yang baik dari masing-masing kerajaan jaman dulu itu jika diakumulasikan menjadi Nasionalisme Indonesia sekarang tentunya menjadi lebih tinggi lagi. Sekarang malah kebalikan. Pemimpin Negara saja bisa menjual negaranya demi Uang dan harta.....

Pemimpin-pemimpin dalam cerita sejarah dulu begitu tinggi "Nasionalisme"-nya.  Tidak akan membiarkan harkat dan martabat negaranya terinjak dan dihina bangsa lain. Namun sekarang apa yang terjadi. Negara kita bukan hanya diinjak, tetapi telah dijajah. 

Jika dibayangkan, rasanya bangsa kita dulu begitu kuat dan tegar. Berpikir untuk jangka panjang, sangat panjang.....dan tentu saja disegani oleh bangsa lain. Sekarang apa? Apakah sekarang ini Anti-klimaks dari bangsa Indonesia. Mungkin saja....

Selasa, 09 November 2010

Satu Master < = > satu perjuangan < = > satu cita-cita

Dalam membuat kaos cukil, biasanya ada pesan moral yang disematkan disitu. dapat berupa kata-kata, gambar, simbol dan lain-lain. Dibalik kata-kata, gambar itu ada perjuangan. Kebanyakan adalah kritik sosial terhadap masyarakat maupun pemerintah.

Kata-kata didalam kaos cukil, syarat akan nilai yang disebutkan diatas, dengan harapan ketika kita memakai kaos cukil tersebut, orang lain akan melihat dan memaknai pesan moral, perjuangan, dan kritik sosial yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Ini adalah salah satu media propoganda visual.
Satu master dapat di reproduksi menjadi puluhan bahkan ratusan kaos. master ini sendiri bagi pembuatnya memiliki arti sendiri selain sebagai media propoganda. Nilai sebuah hasil karya seni inilah yang membuat bangga dan menimbulkan kepuasan bagi pembuatnya.

Kita hidup di zaman yang tidak serba nyaman. Ada kesenjangan sosial, ada kemiskinan, ada ketimpangan ekonomi, ada kezaliman, ada kebohongan, ada tindak kriminal. dll. Semua itu harus tersampaikan kepada masyarakat agar mereka mengetahui dan tidak tidur nyenyak saja dininabobokan oleh keadaan. Melalui kaos cukil, kita berusaha menyampaikan ketidakbenaran-ketidakbenaran itu kepada masyarakat. Kita membebaskan masyarakat/orang yang melihatnya secara visual untuk menginterpretasikan makna dari gambar, tulisan, atau simbol tersebut.

tujuan dari propoganda ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran kada kepekaan sosial. Ini sangat penting, karena hanya dengan kesadaran penuh lah, maka kepedulian terhadap sekitar kita akan tumbuh. Kesadaran tentang apa? Kesadaran bahwa ada hal-hal yang perlu dibenahi disekitar kita. Bahwa yang dilihat oleh banyak orang sebagai kemapanan belum tentu memberi kesejahteraan bagi semua orang disekitarnya.

Nah, bergerak dari dasar yang tulus inilah, kita pilih kaos cukil sebagai salah satu media propoganda bergerak.

Seandainya aku bisa.......bikin pesawat pengintai canggih untu Merapi...!!!

Melihat kesulitan yang dialami badan metereologi klimatologi dan geofisika (BMKG) dalam memantau erupsi gunung merapi aku ikut bersedih. Seandainya saja aku bisa membuat alat untuk memantau kegiatan gunung Merapi yang sedang memetus itu dari dekat…Aku ingin sekali membuat pesawat pengintai kecil yang bisa terbang ke Merapi, memotret dan merekam kegiatan di kawahnya. Mengendalikannya dari pusat pengendali, memberi data terbaru untuk para relawan yang berjuang tanpa pamrih….Mungkin akan banyak sekali manfaatnya. Tapi aku tak punya keahlian dibidang itu.
Bagiku, alat itu harus memenuhi syarat ini:
  • Mudah dioperasikan dan diaplikasikan (seperti mainan anak kecil, tetapi punya manfaat besar)
  • Tahan panas, tahan banting, dan punya kemampuan aerodinamik  yang handal sehingga dapat menghindari serbuan awan panas bertekanan tinggi dan material yang dimuntahkan gunung Merapi
  • Pesawat ini harus ringan, tetapi sangat kuat. Kecil tetapi lengkap
  • memiliki kemampuan manuver yang handal sehinggal dapat menghindari tebing, pohon, batu beterbangan, dan segala halangan saat terbang
  • Punya kamera perekam beresolusi tinggi dan kemampuan canggih agar gambar yang di rekam dan difoto memiliki kualitas seperti aslinya pada kondisi gelap ataupun terang
  • Dapat memindahkan data secara cepat dari hasil rekaman melalui pengendali
  • Hemat baterai dan mampu menempuh jarak jauh dan dalam waktu yang relatif lama. Hal ini karena pesawat harus terbang berputar-putar mencari data yang dibutuhkan
  • Dapat berjalan diudara, air maupun darat….sehingga data dapat diambil dari tempat dengan kondisi apapun
  • Dilengkapi alat pengukur (Kecepatan, ketinggian, suhu, suara, getaran, dll yang diperlukan untk pemantauan gunung api)
Aahh…seandainya bisa kubuat alat ini sekarang juga, tentu akan banyak nyawa yang tertolong. Ya….semoga Tuhan mengirimkan alat ini secepatnya ke kamarku…biar aku sumbangkan ke BMKG dan relawan.

Memandang Penderitaan dan Kebahagiaan Sahabat

Ada pesan kehidupan dari film 3 Idiots. katanya Farhan, "ketika kamu melihat temanmu menderita, maka kamu akan bersedih. Tetapi saat temanmu lebih dari kamu, kamu akan lebih bersedih" ....dalam film 3 Idiots, hal ini terjadi ketika hasil ujian diumumkan. Raju dan Farhan berada di peringkat 1 dan 2 dari bawah. (mereka nilainya paling rendah) dan ternyata Rancho tidak ada di deretan mereka. Raju dan Farhan mengira Rancho tidak lulus. Mereka sama-sama datang terlambat ketika ujian berlangsung. Raju dan Farhan sudah sangat bersedih karena perkiraan itu, Farhan mencari-cari nama Rancho di deretan nama-nama peserta ujian, tetapi tidak ketemu. Lalu Farhan menghampiri Raju yang duduk termenung.

"Mengapa Catur marah-marah terus dari tadi?" Farhan bertanya pada Raju, karena dia berpapasan dengan Catur (mahasiswa textbook) yang sedang mengumpat sana sini pada teman perempuannya
"Dia mendapat peringkat kedua?" jawab Raju singkat saja. Farhan bingung,
"Lalu siapa peringkat pertama?" Farhan mendesak karena penasaran.
"Rancho" Jawar Raju lemah tercenung. Akhitnya Farhan diam, dan ikut termenung. Kesedihan mereka bertambah, sebab ternyata Rancho lebih baik dari mereka.

Memang kesedihan yang dirasakan ketika teman kita mendapatkan sesuatu yang lebih dari kita bukanlah suatu bentuk iri atau dengki. Tetapi menjadi lebih menusuk karena disaat yang sama kita mulai memvonis diri kita tidak mampu berbuat hal yang sama. Kesedihan semacam ini lebih menyakitkan daripada kita melihat penderitaan orang lain. Disaat itu, kita sedang meratapi nasib sendiri, sementara ketika kita melihat kesedihan orang lain, berarti kita meratapi nasib yang diterima orang lain.

Dengan kata lain, ketika kita menghakimi diri kita sendiri, maka efek yang diterima menjadi berlipat-ganda.

  1. Pertama kita bersedih karena tidak mampu
  2. kedua kita bersedih karena saat itu diri kita sedang menghakimi.


Konflik batin yang terjadi semacam ini dapat menimbulkan efek bola salju positif dan negatif. Semakin lama, kita akan semakin kagum dengan teman yang bisa berbuat lebih dari kita itu. Disisi lain, semakin lama kita juga akan semakin merasa rendah, pesimis, dan tidak percaya diri. Lebih parah lagi jika hal ini menimbulkan ketergantungan kita kepada teman yang lebih mampu tersebut. Efek positifnya, Kesedihan semacam ini dapat menimbulkan motivasi untuk dapat melebihi teman yang bersangkutan.

Hal ini baru saja saya alami. Dikampus saya punya 2 teman. Saya lihat, semakin lama mereka semakin meningkat kualitasnya. Disisi lain saya juga merasa kualitas saya semakin menurun. Kadang saya salut pada mereka, kadang timbul pikiran untuk menghindar. Kadang muncul motivasi untuk lebih giat agar melebihi kualitas mereka. Kadang timbul perasaan malu (baca: minder :pen) untuk berada didekat mereka. Saya berpikir sebaiknya saya menjauh dan meningkatkan kualitas ditempat lain agar suatu ketika jika bertemu, perbedaan kualitas itu dapat dibedakan/dibandingkan. Disisi lain saya ingin tetap berada diantara mereka, karena merekalah teman yang terdekat.

Tak bisa dipungkiri, hal ini akan dirasakan setiap orang yang memiliki teman dekat. Kita menyadari atau tidak, jika tidak dipandang secara sehat, hal tersebut akan menggerogoti mental kita. Maka saya sarankan, pandanglah kesedihan ataupun kebahagiaan teman kita sebagai sesuatu yang positif. Barangkali akan menimbulkan efek yang positif juga bagi kita.

Senin, 08 November 2010

Dapur umum, Relawan, pengungsi Letusan Merapi di UPN

Ada pengungsi minta bikinin Teh hangat, DU siap sedia.
Kemarin tanggal 6 November 2010 saya bertugas sebagai relawan dapur umum posko pengungsi Letusan Merapi di UPN "Veteran" Yogyakarta. Saya melihat beberapa hal yang lucu akibat kurangnya koordinasi para relawan. Pada hari pertama, ketika pengungsi masih berjumlah sekitar 800 Orang, jumlah makanan yang ada sangat banyak berlebih. yaitu sekitar 2500 bungkus, untuk makan siang. pada hari ketiga. Pengungsi sudah bertambah menjadi 1800 Orang lebih. Ketika makan pagi, Relawan dapur umum hanya mampu menyediakan 830 Bgkus nasi. Sisanya dicari secara terburu-buru oleh relawan bagian logistik. Pada siang hari, dapur umum hanya mampu menyediakan sekitar 400-600 bungkus, sisanya ditanggulangi oleh bagian logistik.

Pada pagi hari, dapur umum kekurangan alat dan tenaga untuk memasak, tetapi pada siang hari dan sore hari alat tetap kurang. tetapi tenaga tambahan membludak sampai-sampai banyak relawan yang berubah jadi pengungsi (maksudnya tidak kerja). Pembagian relawan per-shift tidak berjalan lancar.

Bagian logistik juga tidak mendata dan mengkoordinir logistik (makanan jadi/nasi) yang masuk dengan baik, sehingga kadang logistik menumpuk, kadang kurang. Bagian lain yang mengurusi penerimaan pengungsi juga tidak memperhitungkan kekuatan dapur umum. Bagian dapur umum, terutama yang bertugas memasak nasi dan air, pada pagi hari kemarin itu hanya memiliki tenaga 6 Orang dan 4 buah alat. Satu untuk merebus air, 2 untuk mengukus nasi, dan satu untuk memasak nasi sebelum di kukus. 2 alat diketahui bocor dan tidak maksimal digunakan. sementara nasi yang harus dipenuhi sebenarnya adalah sekitar 1900-an bungkus untuk sekali makan pagi. Hal itu sudah dilaporkan ke koordinator pusat, dan koordinator dapur umum. Tetapi penanganannya sangat lambat, sehingga memasak nasi juga jadi tidak maksimal.

Masak nasi dengan peralatan seadanya menjelang bantuan dari TNI
Pembagia relawan juga sangat susah. Kadang relawan membludak, kadang sangat kurang. Banyak juga yang hanya cari muka. Pada hari pertama, Dapur umum untuk posko di UPN terpisah menjadi 2. satu di Babarsari, satu lagi di Condong Catur. Sangat merepotkan...!!! Nasi yang telah amtang harus diangkut ke Babarsari untuk di bungkus dan di beri lauk-sayur. kemudian dibawa kembali ke Condong Catur.

Sorry...Sorry...
Itu tadi Intermezo soal relawan dan logistik.
Masak air, ada yang nyiapin kayu bakar, dll
Sebenarnya tadi saya ingin membahas keadaan pengungsi di Jogja (khususnya di UPN) dengan pengungsi di Mentawai. Menurutku beruntung sekali pengungsi yang di UPN. Pada hari mereka datang, hari itu juga makanan tersedia. Makan teratur (walaupun kadang agak telat) 3 kali sehari, bisa minum kopi, teh, susu, makan roti, memasak mie, bahkan sampai memandikan anak kecil dengan air hangat. Tapi ada juga pengungsi yang tidak sabaran (mungkin karena kondisi psikologis atau mungkin memang sifat orangnya seperti itu) sehingga menganggap posko pengungsian itu seperti hotel. Semua harus tersedia dan bisa diminta ke resepsionist. Hal ini membuat jengkel beberapa relawan.

  
Perbandingan dengan pengungsi di Mentawai

Sebelum dan setelah kerja, Relawan ini melakukan breafing
Kita bandingkan dengan kondisi d Mentawai. Bantuan baru bisa didistribusikan pada hari ke-6 pasca Tsunami, dan itupun distribusinya tidak merata dan menumpuk. Jangan harap mau bikin kopi susu yang selalu hangat. Makan saja selalu mie dan mie, yang kata PMI di berita "bisa membuat usus mereka jebol". Dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada pengungsi di Mentawai ini, Pengungsi di UPN masih saja berebut ketika ada pembagian sarung. Kebanyakan pengungsi memang memikirkan diri mereka sendiri. Sangat berbeda dengan cerita di Jerman, ketika Negara mereka luluh lantak akibat perang dunia ke-2. Mereka bahu membahu dan saling bantu.Saya tidak meyalahkan pengungsi, relawan, ataupun Merapi yang meletus. Saya hanya prihatin saja dengan masyarakat kita. Apa benar kita berjiwa gotong-royong? Kok dalam kondisi memprihatinkan saja kita bisa saling tidak peduli dan meikirkan diri sendiri?

Tetapi tak dapat dipungkiri, kondisi pengungsi dimana-mana ya sama. Psikis dan mental mereka sedang tidak stabil. Dan mereka menjadi lebih sensitif dari biasanya. Mereka menjadi lebih individualis itu hal biasa.

Aku curiga dengan Negara dan Bangsa ini. Yang katanya Negara timur yang memiliki adat, sopan-santun atau ciri khas ketimuran yang mulia. Jika dilihat seperti fenomena sekarang, malah sepertinya tidak memiliki moral, etika dan solidaritas.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Citizen Journalism dan Partisipatory Journalism

Citizen Journalism adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita di masa mendatang.

Mark Glaser, seorang jurnalis lepas yang sering menulis tentang isu-isu media baru, di tahun 2006 mengatakan :
Ide di balik jurnalisme warga adalah bahwa orang tanpa pelatihan jurnalisme profesional dapat menggunakan alat-alat teknologi modern dan distribusi global dari internet untuk membuat, memperbanyak atau memeriksa fakta yang mereka dapatkan sendiri atau bekerjasama dengan orang lain. Sebagai contoh, Anda mungkin menulis tentang pertemuan dewan kota di blog atau di sebuah forum online. Atau Anda bisa mengecek artikel surat kabar dari media mainstream dan menunjukkan kesalahan faktual atau bias di blog Anda. Atau Anda mungkin meng-upload foto digital dari peristiwa layak diberitakan yang terjadi di kota Anda dan memposting secara online. Atau Anda mungkin merekam video acara serupa dan memposting di situs seperti YouTube. 

Perkembangannya di Indonesia dipicu ketika pada tahun 2004 terjadi tragedi Tsunami di Aceh yang diliput sendiri oleh  korban tsunami. Terbukti berita langsung dari korban dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh jurnalis profesional.

Namun, jauh sebelum itu sebenarnya jurnalisme jenis ini telah berkembang di Indonesia. Hanya saja, hasil rekaman Tsunami yang direkam pada peristiwa Tsunami Aceh tersebut kembali mempopulerkan Citizen Journalism.

Peran Citizen Journalist dewasa ini sangat penting dikarenakan masyarakat membutuhkan data yang cepat ter-update dari seluruh tempat di dunia, sementara jumlah journalist resmi dai mass media masih terbatas. banyak kejadian di Indonesia contohnya, diketahui oleh masyarakat melalui Citizen Journalism ini. Contoh baru-baru ini adalah rekaman video amatir pada bencana banjir bandang Wasior. Dimana pada waktu itu seorang warga berhasil merekam rumah yang hanyut terbawa arus banjir. 

Apa itu Jurnalisme Partisipatoris?
J.D. Lasica mengklasifikasikan media jurnalisme warga ke dalam jenis berikut:
  1. Partisipasi Audiens (seperti komentar pengguna yang melekat pada berita, blog pribadi, foto atau rekaman video yang diambil dari kamera ponsel pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh warga masyarakat)
  2. Situs-situs web berita dan informasi Independen (Consumer Reports, the Drudge Report)
  3. Situs yang dipenuhi berita partisipatif (NowPublic, OhmyNews, DigitalJournal.com, GroundReport)
  4. Situs media Kolaboratif dan sumbangan (Slashdot, Kuro5hin, Newsvine)
  5. Media kecil lainnya  (Mailing list, newsletter email)
  6. Situs penyiaran personal (situs video broadcast seperti swaragama fm, prambors dll).

Baik Citizen Journalism maupun partisipatory Journalism memiliki kekurangan sebagai berikut:
  1. Kurang akurat. Hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman dan peralatan dalam melakukan kegiatan jurnalistik, sehingga terkadang informasi yang didapat dan disajikan menjadi bias
  2. Kurang valid. hal ini dikarenakan pelaku citisen journalism maupun partisipatory journalism biasa tidak melakukan verifikasi terhadap data/informasi yang didapatkan sebelum dijadikan produk jurnalistik.
Namun, kekurangan ini tertutupi oleh kelebihan yang sangat mendasar, diantaranya yaitu :
  1. Tenaga jurnalistik tersebar luas dalam jumlah yang tidak terbatas, karena semua orang dapat menjadi citizen journalist
  2. Kecepatan waktu penyampaian produk jurnalist yang jauh lebih tinggi dibandingkan jika harus dikerjakan oleh Jurnalist profesional.

Sekarang, setiap warga/orang dapat menjadi jurnalist. Terlepas dari apakah produk yang dihasilkan layak dikonsumsi publik atau tidak. Banyak moment, peristiwa, disekitar anda dapat anda sajikan untuk diinformasikan kepada orang lain, sehingga orang lain yang tidak mengetahui menjadi mengetahui. Banyak peristiwa yang tidak tersentuh oleh jurnalist profesional menjadi dapat dinikmati oleh masyarakat luas berkat adanya citizen journalism ini. 

Nah, kapan giliran anda menjadi Citizen Journalist???